Munculnya kerinduan adalah akibat kesan mendalam yang menggores pada hati kita dari apa atau siapa yang telah kita lihat, kita jumpai, dan kita kenal. Tanpa melihat, menjumpai dan mengenalnya, tak mungkin ada goresan kesan yang mendalam yang membuat seseorang merindukannya.
Kerinduan bisa dikatakan sebagai efek dari cinta. Jika kita tidak mencintainya, tak mungkin kita merindukannya.
Datangnya kerinduan memang tiba-tiba muncul, tanpa mengenal saat dan tempat. Bagaimana kerinduan yang tiba-tiba muncul itu bisa dijelaskan? cinta tidak pernah bisa dibatasi oleh tempat. cinta melampauinya. cinta yang melampaui tempat ini, selalu "ada bersama-sama" orang yang saling mencintai. Maka ketika tempat mereka berjauhan, cinta akan segera melahirkan kerinduan untuk bertemu.
Bagi orang-orang yang saling mencintai, kondisi tempat yang berjauhan kadang-kadang diperlukan untuk menguji kemurnian cintanya. Sebagaimana jika kita ingin melihat keindahan suatu rumah yang besar secara utuh, kita harus mengambil jarak darinya. beitupun jika seseorang ingin memahami dunia, dia harus menjauh darinya.
Akibat dari tempat yang berjauhan anatara orang-orang yang saling mencintai, selain bisa menjadi sarana untuk saling memahami dengan lebih baik, juga menimbulkan kerinduan yang semakin besar. Semakin lama mereka berada di tempat yang saling berjauhan, semakin besar kerinduannya. Waktu ikut membesarkan kerinduan itu. Maka ketika orang tua mengambil solusi untuk saling mencintai, yang justru sebaliknya. Kerinduan itu akan terpuruk semakin subur. dan hanya pertemuan yang bisa menjadi obatnya..
Ketika mereka sudah bertemu, kerinduan itu masuk kedalam rahim cinta. Kerinduan itu bisa sedikit di imbangi oleh suara lewat telepon, misalnya. atau juga tulisan, contohnya lewat surat email bahkan chatting. Namun, suara atau tulisan itu bukan lah pribadi.
Gibran Mengatakan " Dalam Keinginan Manusia Ada Kekuatan Kerinduan Yang Menyibak Kabut Dalam Diri Kita Menuju Matahari"
dan lagi..
"Cinta Adalah kerinduan yang menghabiskan ukuran waktu"
Cinta Dari Cermin Khalil Gibran by Adrian P.O.Carm